K
|
-Suami (Baca: Kasuami)
adalah nama salah satu makanan tradisional masyarakat di Kepulauan Tukang Besi,
terdiri atas Pulau Wanci, Kaledupa, Tomia dan Pulau Binongko yang populer dengan
singkatan akronim Wakatobi.
Makanan
tradisional tersebut sudah ada sejak tempo dulu. Menurut ceritanya, tatkala
sarana transportasi laut masih terbilang terbatas beroperasi menghubungkan
jalur ke Wakatobi dengan wilayah lainnya, K-Suami justru dijadikan makanan
pokok masyarakat setempat.
Maklum,
ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang cukup bersahabat mudah tumbuh di
daratan pulau-pulau karang yang terhampar di perairan Laut Banda ini. Ubi kayu
itulah yang menjadi bahan baku utama pembuatan K-SuamiTanaman ubi kayu yang berasal
dari daratan Benua Amerika ini, konon mulai berkembang di Indonesia pada tahun
1835 (Kompas, 06/01/2011). Tapi sejak kapan dan siapa yang membawa bibit
tanaman yang berkembang biak dengan batangnya ini ke Wakatobi, belum diketahui
secara pasti.
Ada
yang menyebut, kemungkinan tanaman ini sudah ada di Wakatobi sejak masa
pelayaran bangsa Portugis ketika menjelajahi pulau-pulau di kawasan timur
Indonesia dalam abad XVI – XVII. Pulau-pulau di Wakatobi merupakan bagian dari
rute pelayaran bangsa Portugis pada masa lalu.
Tanaman
ubi kayu sangat disenangi oleh warga di Wakatobi, lantaran dapat dengan mudah
tumbuh sekalipun ditanam di atas gumpalan-gumpalan sedikit tanah di antara
bongkahan batu-batu karang yang menjadi bagian terbesar daratan kepulauan di
Wakatobi.
Menurut
cerita penduduk dari wilayah Wakatobi, pada awalnya tanaman ubi kayu yang
dikembangkan di daerah tersebut adalah jenis ubi berasa pahit. Ubi kayu pahit,
mengandung zat beracun asam sianida
lebih dari 100 ppm (Kompas, 06/01/2011).
Masyarakat
wilayah Wakatobi sejak dahulu telah paham bahwa ubi kayu pahit tersebut
berbahaya jika dikonsumsi secara langsung. Tidak dapat direbus atau digoreng
kemudian langsung dimakan– seperti ubi kayu biasa (ubi kayu yang tidak pahit).
Mungkin,
dari pengetahuan kondisi seperti itu, sehingga masyarakat di kepulauan Wakatobi
dahulu berupaya mengolah potensi ubi kayu pahit yang mudah tumbuh di daratan
karang Wakatobi untuk dijadikan makanan pokok yang kemudian disebut sebagai
K-Suami.
Cara
membuat K-Suami sangat sederhana. Pertama-tama, ubi kayu dikupas dibuang
kulitnya, kemudian diparut. Hasil parutan ubi kayu tersebut kemudian dibungkus
dengan kain atau semacamnya dalam bentuk segi empat ukuran minimal 20 x 20 cm
dengan ketebalan antara 7 sampai 8 cm. Bungkusan kotak-kotak segi empat yang
berisi hasil parutan ubi kayu tersebut, lalu dijepit– dipress atau ditindis
dengan beban yang berat sehingga zat air yang dikandungnya semua terperas
menetes keluar melalui pori-pori kain pembungkusnya. Makin lama dilakukan
proses penindisan semakin baik.
Biasanya,
kotak-kotak bungkusan parutan ubi kayu itu ditindis minimal selama 24 jam,
hingga parutan ubi kayu tak mengandung zat air lagi. Bungkusan kemudian dibuka.
Ubi kayu yang sudah dipres berbentuk segi empat disebut oo’pie oleh orang-orang di
Wakatobi. Jika hendak digunakan, oo’pie
ubi kayu itu dihancurkan menjadi seperti tepung. Kemudian dikeringkan dengan
cara menjemur di bawah terik matahari.
oo’pie yang sudah dikeringkan itu
kemudian dikukus hingga matang dan jadilah K-Suami yang siap disantap. K-Suami paling
nikmat disantap menggunakan lauk ikan rebusHingga saat ini wadah kukusan
K-Suami warga di Kepulauan Wakatobi, kebanyakan masih terbuat dari anyaman daun
kelapa yang berbentuk kerucut. Bentuk kerucut itulah yang sampai saat ini
menjadi ciri khas bentuk makanan K-Suami dari kepulauan Wakatobi.
Dalam
perkembangannya, K-Suami yang sebelumnya hanya dibuat untuk bahan pangan rumah
tangga, kemudian diproduk untuk dijual ke umum meskipun secara terbatas hanya
di pasar-pasar dalam wilayah Wakatobi. Selain dijual dalam bentuk makanan jadi
K-Suami, banyak juga yang hanya menjual oo’pie bahan baku pembuatan K-suami.
Makanan
K-Suami yang mengandung kaborhidrat
seperti kandungan beras, ternyata saat ini sudah mulai menyebar ke luar wilayah
kepulauan Kabupaten Wakatobi. Di Kota Kendari, ibukota Provinsi Sultra,
misalnya kini sudah banyak penjual K-Suami. Pembelinya pun sudah meluas,
diminati banyak warga suku-bangsa dari berbagai daerah lainnya.
Dilihat
dari pola dasar pembuatan K-Suami, makanan tradisional asal Wakatobi ini
sebenarnya dapat dikembangkan tak hanya sebagai alternatif pengganti makanan
pokok beras. Akan tetapi, dapat dikemas menjadi semacam penganan khas jika
diolah bentuk, ukuran dan rasanya. K-Suami dapat disajikan dalam tampilan kotak
segi empat, bulat, atau dalam bentuk lain – tidak seperti model lamanya
berbentuk kerucut. Rasanya juga, tentunya, dapat diperkaya. Apalagi ubi kayu
yang kini dibuat sebagai bahan baku K-Suami tidak lagi dari jenis ubi kayu pahit.
Di wakatobi tersedia jenis k-suami di antaranya, K-suami
pepe,K-Suami hitam,K-suami tambu’e,dan 2 jenis lainya.
(kompasiana,8 januari, 20101)
Comments
Post a Comment